Sabtu, 28 Januari 2012

CINTA SEBATANG SINGKONG



Kisah berawal dari rumah kecil Pak Harjo. Pagi yang cerah menyambut Pak Harjo sekeluarga pada hari ini. Seusai sarapan Pak Harjo pamit kepada istri dan anak-anaknya untuk berangkat ke kebun singkong miliknya. 
(Pak Harjo duduk di ruang makan bersama istri dan anak-anaknya seusai mereka sarapan dan menyalami istri dan anak-anaknya untuk berpamitan)
Pak Harjo  : “ Bu? Bapak berangkat dulu ya! ”
Bu Arti      : “ Iya Pak, hati-hati ya di jalan! “
Pak Harjo  : “ Astuti.. Sari bantuin Ibu ya! “
Astuti        : “Iya Pak! “
Pak Harjo pun berangkat ke kebunnya, namun sesampainya di kebun Pak Harjo diam menganga. Melihat singkong-singkongnya yang hilang.
(Pak Harjo diam menganga)
Pak Harjo : “ Singkongku mana? Siapa yang berani-berani mengambil singkong-singkongku? Belum tahu dia berurusan dengan siapa? Kalau sampai ketemu pencuri itu, mau aku becek-becek dia! “
(Pak Harjo mencari pencuri singkong-singkongnya)
Pak Harjo : “Siapa ya pencuri itu? (Pak Harjo menanyakan kepada penonton) Hey.. penonton? Ada yang tahu gak siapa yang mencuri singkong-singkong ku? ”
(Sambil berkeliling mencari pencuri singkong-singkongnya Pak Harjo melihat-lihat kebunnya dan menemukan kulit singkong)
Pak Harjo  : “Aha ini dia jejak pencuri itu”
(Pak Harjo melihat pemuda yang tertidur pulas dengan kulit singkong yang bececeran di sekitarnya)
Pak Harjo : “ Nah.. ini dia pencurinya, hey..? bangun-bangun! Kamu ya yang mencuri singkongku ? hey cepat bangun! (menanyai penonton) Hey penonton? Gimana kalau orang ini aku ikat aja? Setuju gak?(Sambil mengikat dan menangkap pemuda ini).
(Pemuda ini terbangun dengan badan yang sudah terikat)
Djokam    : “Oamm.. heh? Kenapa aku kok terikat? Lepasin!
Pak Harjo : “Akhirnya kau bangun juga pencuri..,”
Djokam    : “Hah? Maaf pak saya lapar, melihat singkong-singkong bapak yang mulus-mulus, saya jadi kepincut. “
Pak Harjo : “ Tapi itu mencuri itu enggak boleh”
Djokam    : “ Maaf Pak.. saya minta maaf, janji deh enggak bakal aku ulangin lagi.”
Pak Harjo : ” Baik kalau begitu kamu saya bebasin”
Djokam    : “Terima kasih banyak”
(Pak Harjo melepaskan ikatan pemuda ini)
Pak Harjo : “Nama kamu siapa? Dan kamu tinggal di mana?
(Sambil melepaskan ikatan pemuda ini)
Djokam    : “Nama saya Djokam, dan saya enggak punya rumah. Saya cuma tinggal di hutan.”
Pak Harjo : “ Kamu enggak punya keluarga?”
Djokam    : “Enggak Pak.. saya sebatang kara”
(Ikatan Djokam sudah terlepas)
Pak Harjo : “ Kasian banget kamu.., ayo ikut ke rumah bapak!”
Djokam    : “ Ahh? Bener pak? Baik deh pak terima kasih”
(Pak Harjo dan Djokam bergegas untuk pulang ke rumah)
 Pak Harjo mengajak Djokam untuk pergi ke rumahnya,  mereka pun bergegas untuk pulang. Sesampainya di rumah Pak Harjo, Djokam di kenalkan kepada anggota keluarga Pak Harjo.
Pak Harjo  : “Bu..? Bu..? Bapak pulang Bu..”
Bu Arti      : “ Ohh, Bapak sudah pulang? Gimana singkong-singkongnya? Sudah besar-besarkan?”
Pak Harjo  : “Iya sih besar tapi pada hilang dicuri.”
Bu Arti      : “ Apa ? siapa yang mencurinya pak?”
Pak Harjo : “Mau tahu yang curi? Sebentar Bapak panggilin, Kam.. kam.. Djokam? (Sambil memanggil Djokam)”
Djokam    : “ Iya pak..?”
Bu Arti     : “ Heh kamu? Berani-beraninya kamu mencuri singkong-singkongku?”
Djokam    : “Maaf bu”
Pak Harjo : “ Sudah Bu, semua masalah ini sudah selesai, anak ini sebatang kara dan hanya tinggal di hutan.”
Bu Arti     : “Ohh, ya sudah.”
Pak Harjo : “Kam.., sekarang kamu tinggal bersama kami di sini. Kamu mau kan?”
Djokam    : “Apa pak..? saya tinggal di sini? Terima kasih pak..”
Pak Harjo : “ Gimana Bu? Setujukan kalau Djokam tinggal disini?”
Bu Arti     : “Iya.. boleh-boleh silahkan”
Pak Harjo : “ Kam.. kamu disini aku tugaskan untuk merawat kebun singkongku yang kamu curi.”
Djokam    : “Baik pak..,”
Akhirnya Djokam pun menjadi seorang tukang kebun, dan bertugas merawat kebun singkong milik Pak Harjo. Setelah beberapa saat di rumah Pak Harjo, Djokam bertemu dengan Sari anak terakhir Pak Harjo. Mereka pun berkenalan walaupun agak malu-malu.
Djokam     : “Non.. non.. boleh kenalan enggak? Kenalin nama saya Djokam. Nama nona siapa?”
Sari           : “ Namaku sari (Sambil tersipu malu-malu).”
Djokam     : “Nama yang indah”
Sari           : “Terima kasih, maaf mas siapa ya?”
Djokam     : “Jangan panggil mas, panggil Djokam aja. Aku jadi tukang kebun disini”
Sari           : “Ohh.. begitu”
Mereka pun berbincang-bincang dan menceritakan tentang satu sama lain. Hari demi hari pun berlalu. Djokam dan Sari pun kini mulai akrab, begitu pula astuti sampai-sampai astuti sekarang mulai jatuh hati kepada Djokam. Hingga suatu ketika Astuti memberanikan diri untuk menyatakan cinta kepada Djokam walaupun dia seorang perempuan.
Astuti        : “Kam... kita boleh bicara sebentar?”
Djokam     : “Astuti? Ada apa?”
Astuti        : “Begini Kam.., aku mau bicara. Selama ini kamu sudah baik kepadaku dan keluargaku. Kamu adalah laki-laki yang baik. Aku sebenarnya suka sama kamu.”
Djokam    : “ Astuti, maaf .. bukan bermaksud apa-apa tapi maaf  aku enggak suka sama kamu. Maaf ya.”
Astuti        : “Ohh, baik kalau begitu. aku enggak akan deketin kamu lagi, aku benci kamu” (Sambil tesedu)
Dan ternyata cinta Astuti bertepuk sebelah tangan. Sejak saat itu rasa benci Astuti tumbuh. Namun ternyata Djokam mempunyai pujaan hati sendiri yaitu Sari. Setiap kali mereka bersama, Djokam bersikap malu-malu. Dan seperti Astuti, Djokam memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya.
Djokam       : “Sar.. aku itu sebenarnya cinta sama kamu”
Sari           : “Apa? Kamu suka sama aku?”
Djokam     : “Iya..”
Sari           : “Kamu boleh suka sama aku tapi ada satu syarat.”
Djokam     : “Apa itu?”
Sari           : “Kamu harus duduk di batu ini selama 40 hari 40 malam, tidak boleh makan, enggak boleh minum ataupun bicara”
Djokam    : “Baik, aku terima. Aku akan duduk disini dan mengikuti semua syaratmu”
Djokam pun menerima persyaratan dari sari demi mendapatkan cinta sari. Hari-hari demi haripun  berlalu Djokam hampir berhasil memenuhi syarat dari Sari. Hingga akhirnya 40 hari 40 malam telah berhasil dilalui oleh Djokam dengan mulus. Tiba-tiba setelah Djokam selesai melewati syarat dari Sari. Ada suara yang terdengar.
(Djokam, kamu telah berhasil untuk itu kamu berhak mendapatkan sesuatu dariku, sesuatu itu berada di belakang mu. Kasih itu ke Sari, jangan lupa...)
Djokam     : “(menganga) Baik kalau begitu”
Setelah itu, Djokam pulang dan akhirnya saat itu datang.
Sari           : “Djokam? Kamu sudah pulang?”
Djokam     : “ Iya.., aku punya sesuatu buat kamu.”
Sari           : “Apa itu?”
Djokam    : “Ini untukmu (sambil memberikan bunga yang didapatkan dari hasil tapanya)
Sari           : “ Ahh terima kasih”
Dan akhirnya cinta itu, mereka dapatkan. Kisah kasih yang berawal dari singkong ini pun berakhir bahagia.
TAMAT








0 komentar:

 
;