Rabu, 14 Maret 2012

Kesetiaan Kita


              Siang yang terik terasa menyengat kulit, 3 bersahabat ini tak kunjung berhenti tertawa. Mereka bercanda canda di bawah pohon sepulang sekolah.
Hengki            : Ehh.. sob.Gimana tadi ulangan kalian?
Hanif                : Sukses dong.., bersih tanpa nyontek.
Megan             : Nilaiku jelek, tadi malem aku enggak belajar. Gara gara nonton   Indonesia !
Hengki             : Halahh.. Indonesia kalah 10-0 aja ditonton.
Megan             : Biar kalah garuda tetap di dadaku.
Hanif                : Ini kenapa jadi ngomongin bola?
(Mereka tertawa terbahak-bahak)
Di tengah candaan mereka Kuncoro, si preman idiot lewat.
Hengki             : Idiot? (Bersiul)
Hanif                : Eh.. nekat kamu heng? (Berbisik)
Hengki             : Emang kenapa nom?
Megan             : Anak autis  itu...
Kuncoro          : (Membentak) Siapa yang tadi bilang aku anak autis?
(Hengki dan Hanif menunjuk Megan)
Kuncoro          : (Menghampiri Megan) Eh kamu kepiting gimbal..? ngapain kamu ngatain aku?
Megan             : Enggak kok (Gemetaran)
Kuncoro          : Awas ya kamu.
(Kuncoro pun pergi)
Megan             : Huft.., untung aja.
Hengki             : Kasian deh lo..
Megan             : Sialan kamu.
Hanif                : Ayo pulang udah sore nieh, ntar aku dimarahin ibu.
Hengki             : Dasar anak mami.. haha
(Sambil berajak dari tempat nongkrong mereka)
Siang berganti sore, waktu bergulir cepat. Hanif berjalan terburu melihat matahari sudah mulai tenggelam.
Hanif                : Waduh.. aku pasti dikhawatirkan ibu ini.
(Hanif dengan tergesa menyebrang jalan )
Pak Sopir        : Awas..
(Hanif pun tertabrak)
Si anak mama ini tergeletak di tengah jalan.
Hanif                : (Menghapiri Hanif) Ehh.. bangun bangun. Kamu enggak apa apa kan? Wah.. ini gimana? Tolong tolong..
(Mendengar teriakan Anom, Hengki yang pulang di belakang Hanif datang)
Hengki             : (Berlari menghampiri Anom) Anom..? kamu kenapa?
Pak Sopir        : Kamu kenal orang ini?
Hengki             : Ini teman saya.
Pak Sopir        : Tadi dia enggak sengaja tertabarak. Ayo cepat bantu aku bawa dia ke rumah sakit
Hengki             : Iya.
Hanif pun di bawa kerumah sakit dan dan dirawat di sana. 2 bulan telah berlalu Hanif pun kini telah pulih meski masih duduk di kursi roda.
Megan             : Hore sahabatku kini sudah sehat.
Hengki             : Iya nieh, jadi kangen aku dengan candaan kita.
Hanif                : Iya iya makasih ya.
Megan : Santai aja bro.
3 sahabat ini kembali bersama setelah beberapa bulan ini mereka jarang bertemu karena musibah yang didapatkan Hanif yang mengakibatkan Anom kini pincang.
Hanif                : Walaupun aku sekarang pincang tapi kalian masih sahabatku kan?
Megan             : Jelas dong.
Hengki             : Selalu lah. Tapi kalau aku mati kalian masih sahabatku kan?
Megan             : Hush ngomong apa sih kamu?
Hengki             : Aku minta maaf yang teman teman kalo aku punya salah aku mau pulang.
Hanif                : Pulang kemana?
Hengki             : Kerumah lah.
Megan             : Kirain ke akhirat
(Merekapun kembali tertawa terbahak bahak)
Di rumah yang gelap, Hengki belajar ditemani lilin kecil namun lilin ini menjadi sumber petaka.
Hengki             : Ini tenggorokan kering banget ya? (Tidak sengaja menjatuhkan lilin)
(Hengki kaget melihat kamarnya dan malangnya ia ikut terbakar karena besarnya api dan takutnya dia)
Kini Hengki benar benar telah pulang  dan keesokan harinya sahabat Hengki datang dan melihat keadaannya yang sangat memprihatinkan
Megan             : (Tersedu ) Hengki.. kenapa kamu ninggalin kita?
Hanif                : Sudahlah gan. Dia sudah tenang disana. Kita sabar saja.
Ke tiga sahabat ini tetap bersama meski Hengki kini telah tiada. Persahabatan memang sebuah hubungan yang luar biasa, cacat bahkan kematian tak jadi halangan.
-TAMAT-

0 komentar:

 
;